Hai..

Disini tempat untuk cuap-cuap dan berceloteh riang tentang segala hal.... tentang apa yah?? ;)
Powered By Blogger

Thursday, April 23, 2009

Misteri Tumpukan Batu Stonehenge

Stonehenge, adalah salah satu misteri alam yang hingga kini belum terpecahkan. Bagaimana dan untuk apa lingkaran batu raksasa itu dibuat hingga kini tak ada yang tahu.

Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan manusia purba pada zaman Perunggu dan Neolithikum yang terletak berdekatan dengan Amesbury sekitar 13 kilometer barat laut Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris.

Stonehenge merupakan Monumen Neolitik yang berbentuk tumpukan batu besar yang berdiri dan berjajar melingkar, yang dikenal sebagai megalit. Istilah Stonehenge sendiri berasal dari bahasa Inggris kuno stanhen gist, yang artinya batu-batu bergantung. Di sekitar batu-batu tersebut terdapat celah parit atau lekukan yang mengelilingi Stonehenge.

Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tersebut disusun dengan bentuk tegak melingkar yang dikenal sebagai megalithikum.

Masih banyak kontroversi tentang kapan dibuatnya monument tersebut. Sebagian besar arkeolog berpendapat bahwa tempat tersebut dibangun sekitar tahun 2500 SM dan 2000 SM. Namun melalui lekukan tempat dasar pembuatan monumen tersebut, diketahui dibangun sekitar abad 3100 SM.

Walaupun seusia dengan zaman Neolithikum yang menyerupai Stonehenge, Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan bulatan batu lain yang terdapat di British Isle seperti Cincin Brodgar namun ukuran trilitonnya sebagai contoh menjadikannya unik. Tempat ini dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986.

Di dalam 30 lingkaran batu besar tadi, juga masih terdapat sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih kecil yang dinamakan Lintels, yang disusun dengan bentuk melingkar juga.Tapi pada saat ini kebanyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis dan jatuh.

Stonehenge terdiri dari batu-batuan yang disusun berdiri dan bertumpuk dengan pola melingkar. Di bagian pertama monumen Stongehenge terdapat lingkaran parit yang diameternya sekitar 115 meter dengan sebuah pintu gerbang di bagian timur laut. Di bagian luarnya terdapat sekitar 59 lubang yang dikenal sebagai lubang Aubrey (karena ditemuka oleh John Aubrey, ahli purbakala).

Beberapa lubang dan batu yang ada di sekitar Stonehenge dikenali juga sebagai tempat pemakaman. Selain adanya anggapan tempat tersebut dibuat sebagai tugu pembantaian oleh Hengist, dipercaya juga bahwa pada Zaman Perunggu (sekitar tahun 2.000 hingga 800 sebelum Masehi), Stonehenge memang sempat digunakan sebagai tempat upacara penguburan jenazah kepala wilayah setempat.

Banyak orang yang bertanya, mengapa bentuk lingkaran batu di Stonehenge dibuat semacam itu. Bentuk Stonehenge itu diyakini memiliki makna astronomi tertentu, dan dibangun berdasarkan pertimbangan yang matang dan akurat. Misalnya saja, sudut-sudut tertentu bisa dipakai untuk meneliti tentang posisi matahari dan bulan.

Prasejarah

Menurut Arkeolog inggris, Richard Jhon Coplan Atkinson (1950), Stonehenge kira-kira dibangun sekitar 5000 tahun silam, pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase (I, II, IIIa, IIIb, dan IIIc). Tentunya dengan banyaknya tahapan fase dalam pembangunan Stonehenge, menunjukkan bahwa bangunan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya, mulai dari pengangkutan batunya sendiri sampai tahap pengukiran pada setiap batunya.

Penemuan diketahui adanya ukiran disetiap batu Stonehenge, hal ini baru diketahui oleh para peneliti baru-baru ini. Menurut seorang Arkeolog, Tom Goskar, dengan metode scaning laser, ukiran-ukiran pada batu tersebut baru akan terlihat. Jika dengan mata telanjang tidak akan terlihat. Tentunya dengan ditemukannya bentuk-bentuk ukiran pada bebatuan, setidaknya bisa memberikan secercah harapan untuk menguak kegunaan Stonehenge pada masa lalu.

Kompleks Stonehenge dibangun dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000 tahun dan sepanjang kurun waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan dikebumikan di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal dari abad ke-7 M.


Stonehenge I

Monumen pertama terdiri dari lingkaran tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan lingkaran terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati Jhon Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengetahui lubang-lubang tersebut.

Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai perkebumian abu pada dua abad setelah berdirinya Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan lingkaran dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai ‘Batu Tumit’ (Heel Stone) terletak di luar pintu masuk.


Stonehenge II

Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal milenium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati diletakkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.


Stonehenge IIIa

Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-tengah lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi juga termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite seberat 4 ton.

Pintu masuk dilebarkan pada masa ini menjadikannya selaras dengan arah matahari naik pertengahan musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim semi masa tersebut. Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara batu biru kelihatannya di pindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb.

Monumen ini kelihatannya melebihi tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini dan Amesbury Archer, ditemukan pada tahun 2002 tiga batu ke selatan, membayangkan bagaimana Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge IIIa dikatakan dibangun oleh orang Beaker


Stonehenge IIIb

Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir milenium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu (lintel) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan membuat kagum.

Batu orthostat lebar sedikit di bagian atas agar memberikan gambaran ia kelihatan lurus dari bawah ke atas sementara batu alang melengkung sedikit untuk menyambung gambaran bundar monumen lebih awal.

Di dalam bulatan ini terletak lima trilithon batu sarsen diproses dan disusun dalam bentuk ladam. Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu alang, dengan berat masing-masing hingga 50 ton yang disambungkan dengan sambungan rumit. Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsen.

Dalam masa ini, jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di tengahnya. Terakhir dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk yang kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan ( Slaughter Stone ) 4,9 meter (16 kaki) panjang. Hal ini dipercayai hasil kerja kebudayaan Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.


Stonehenge IIIc

Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam di tengah, mengikuti tata layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fase kerja yang menakjubkan, pembangunan Stonehenge IIIc dibangun kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang.

Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan (Altar Stone). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.


Stonehenge IV

Sekitar 1100 SM, jalan raya Avenue disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.


Teori mengenai Stonehenge

Penelitian serius pertama dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Stukeley keliru menyatakan bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang terpenting adalah mengambil gambar yang terukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Yang menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.

Gerald Hawkins, Seorang Profesor Astronomi. Juga mengeluarkan pernyataan bahwa fungsi sesungguhnya dari Stonehenge dimasa lalu adalah sebagai Observatorium Astronomi yang canggih untuk meramalkan datangnya Gerhana Matahari ataupun Bulan (Stonehenge Decoded). Munurutnya, peletakkan setiap batu pada stonehenge mengandung kekayaan informasi untuk menunjang pernyataan tersebut.

Menurutnya, “Jika anda bisa memahami posisi pada setiap susunan batu, maka anda pasti dapat menyimpulkan mengenai kegunaan Stonehenge pada masa lalu”. Para Astronom lainnya juga menemukan siklus 56 tahun Gerhana Matahari dan Bulan dengan cara mendecode setiap batu pada Stonehenge.

Pada setiap batu tegak, merefleksikan posisi tertentu dari cahaya matahari, sehingga sangat akurat untuk menunjukkan siklus perhitungan astronomi. Sungguh hebat orang-orang zaman itu.

Bagaimana batu biru diangkut dari Wales telah banyak dibincangkan dan berdasarkan penelitian bahwa ia mungkin merupakan sebagian dari batu peringatan lebih awal di Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury (Salisbury Plain). Banyak arkeolog percaya bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan dalam bentuk batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury seperti Tembok Durrington.

Monumen ini diselaraskan timur laut - barat daya dan keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik balik matahari dan equinox sebagai contohnya, pada pertengahan pagi musim panas, matahari muncul tepat di puncak batu tumit (Heel stone), dan cahaya pertama matahari ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu berbentuk ladam.

Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Matahari timbul pada arah berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan. Untuk penyelarasan itu tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis lintang Stonehenge pada 51° 11’. Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi reka dan bentuk dan tempat bagi Stonehenge. Alexander Thom berpendapat bahwa lokasi tersebut diatur menurut ukuran yar megalitikum.

Maka sebagian pendapat bahwa Stonehenge melambangkan tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh penggunaan Stonehenge untuk tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian pendapat pula mengemukakan teori bahwa ia melambangkan farah besar (Artikel dari the Observer), komputer atau juga lokasi pendaratan makhluk asing.

Banyak perkiraan mengenai pencapaian mesin diperlukan untuk membangun Stonehenge. Mengandaikan bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga manusia dan bukannya oleh gletser sebagaimana dugaan Aubrey Burl, pelbagai cara untuk memindahkannya dengan menggunakan tali dan kayu.

Pada 2001, suatu percobaan untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan laut yang mungkin dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di atas luncur (sledge) kayu di daratan tetapi jika dipindahkan ke replika bot prasejarah, batu tersebut tenggelam di Selat Bristol.

Ukiran senjata pada sarsen adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan British (British Isles) di mana desain lebih abstrak, begitu juga batu berbentuk ladam kuda adalah luar biasa bagi kebudayaan yang mengatur batu dalam bentuk bundar.

Motif tersebut biasa bagi penduduk Brittany pada masa itu dan pada dua fase Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh continental influence. Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen, tetapi pada keseluruhannya, Stonehenge masih dapat dijelaskan dari segala konteks kebudayaan Eropa prasejarah.

Perkiraan mengenai tenaga manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai fase Stonehenge meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam manusia bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam, Stonehenge II sekitar 360.000 dan pelbagai baian bagi Stonehenge III mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam. Membentuk batu-batu ini diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas primitif yang terdapat pada masa itu.

Mitos dan legenda


Ada beberapa dugaan bagaimana Stonehenge bisa terbentuk. Tulisan pertama yang dibuat pada abad ke-9, menggambarkan bahwa Stonehenge dibangun sebagai tugu peringatan atas 400 bangsawan yang dibunuh oleh Hengist pada tahun 472 karena dianggap berkhianat. Penjelasan tersebut oleh beberapa sejarawan lalu dikaitkan dengan sejumlah dongeng setempat.

Ada juga pendapat yang menghubungkan Stonehenge dengan peran kaum druids (para dukun pada masa itu—red) yang menggunakan tempat tersebut sebagai tempat pemujaan. Bahkan tak sedikit yang percaya bahwa Stonehenge memang ada hubungannya dengan legenda Merlin, penyihir tersohor pada masa itu. Konon, batu-batu itu diterbangkan dari Irlandia dan dijatuhkan oleh penyihir Merlin. Namun pendapat yang menghubungkan dengan praktik perdukunan tersebut banyak dibantah, karena perdukunan belum ada di Inggris hingga tahun 250 sebelum Masehi.

Dugaan lain, tempat itu adalah sebuah candi milik bangsa Romawi, yang dipersembahkan untuk Dewa Cnelus. Sementara yang lainnya mengatakan bahwa Stonhenge didirikan oleh orang-orang Denmark. Hingga akhir abad ke-19 tempat itu lebih sering dihubung-hubungan dengan kepentingan ekpansi Saxon.

Sedangkan dugaan yang lebih ilmiah tentang fungsi Stonehenge adalah tempat yang digunakan untuk mengetahui perhitungan astronomi atau perhitungan kalender. Dari sana, para pengamat astronomi bisa meramal dan menandai berbagai peristiwa penting dalam kalender prasejarah. Misalnya saja untuk mengukur pergerakan matahari, bulan, dan bintang, sehingga waktu pergantian musim akan lebih mudah diketahui.

Batu Tumit (The Heel Stone) pada suatu masa dikenal sebagai Friar’s Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.

Sebagian pendapat mendakwa Tumit Friar (“Friar’s Heel”) adalah perubahan nama “Freya’s He-ol” atau “Freya Sul”, dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi “laluan” dan “hari matahari” menurut turutan.

Sebuah argumen yang mengejutkan tentang sejarah Stonehenge di kemukakan oleh seorang ahli Sejarah dan Topografi Irlandia, Gerald Wales. Dia menyebutkan bahwa Manusia Raksasa telah membawa batu-batu maha besar tersebut dari Afrika ke Inggris.

Dari struktur geologi pada batu-batu penyusun Stonehenge sendiri memang menunjukkan bahwa batu-batu maha besar itu bukanlah berasal dari wilayah Eropa, karena strukturnya sangat berbeda, namun mirip dengan batu-batuan dari wilayah Afrika.

Stonehenge juga dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata bahwa tukang sihir Merlin telah melakukan pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa batu-batu tersebut dari Afrika.

Jika Manusia raksasa itu memang ada, seperti yang kita ketahui, pembangunan The Great Pyramid Giza Mesir, katanya juga ada sangkut pautnya dengan para Manusia Raksasa. Bagaimana cara mereka membawa batu-batu berat tersebut? Mungkin hal ini dimungkinkan jika Manusia Raksasa dengan tinggi 7-10 meter yang mengangkut sekaligus menyusun bebatuan tersebut.

Sumber : http://misteridunia.wordpress.com/2008/10/02/monumen-stonehenge/


Selain bentuknya yang unik, hal lain yang masih misterius adalah bagaimana batu-batu raksasa Stonehenge bisa sampai ke Wiltshire. Sebab, jenis batu-batu tersebut dipercaya berasal paling tidak dari Wales, yang letaknya cukup jauh dari sana.

Ada orang yang percaya pada teori bahwa batu-batu itu sampai di Wiltshire akibat gletser . Tapi juga orang yang yakin bahwa batu-batu tersebut memang sengaja dibawa manusia dari Wales. Namun jika batu-batu tersebut memang di bawa oleh manusia, banyak yang menyangsikan batu-batu itu bisa diangkut dari Wales, mengingat ukuran batu yang besar dan medan yang tak terjangkau.

Untuk membuktikan teori yang menyatakan batu-batu tersebut dibawa oleh manusia pada zaman itu, pada tahun 2001 pernah dilakukan uji coba dengan membawa batu raksasa menggunakan tali dan balak, dengan mengarungi jalan darat dan laut dari Wales ke lokasi Stonehenge. Namun percobaan tersebut gagal dan kembali menyisakan pertanyaan bagaimana sebenarnya batu raksasa tersebut bisa sampai ke tempat itu. Untuk mengangkat dan membawa batu-batu raksasa yang beratnya mencapai puluhan ton itu diperlukan ratusan orang. Itulah sebabnya, mengapa sebagian orang menjadi percaya pada mitos bahwa batu raksasa itu sampai di sana karena upaya sihir.

Bayangkan saja, lingkaran batu pertama (yang kini menjadi lingkaran bagian dalam) terdiri dari batu-batu kecil jenis bluestone yang disusun ke atas. Batu-batu itu sepertinya runtuh sebelum selesai dibangun. Batu-batu tersebut dipercaya berasal dari pegunungan Prescelly, sekitar 240 mil dari Wiltshire.

Batu-batu bluestone itu masing-masing beratnya mencapai 4 ton. Untuk membuat lingkaran batu pertama saja paling tidak diperlukan kurang lebih sebanyak 80 batu.

Sedangkan batu-batu sarsen raksasa (yang membentuk lingkaran terluar), masing-masing beratnya mencapai 50 ton dengan jumlah yang lebih banyak lagi.

Misteri lain dari Stonehenge adalah, tiga lapisan tumpukan batu itu tidak terbentuk sekaligus, melainkan setahap demi setahap. Tentu saja, dengan proses yang hingga kini belum diketahui seperti apa pastinya.

Karena misteri dan keunikannya, Stonehenge telah masuk dalam salah satu World Heritages sites UNESCO pada tahun 1986. Stonehenge juga bisa dikunjungi sebagai tempat pariwisata.

Jika dulu para pelancong bisa bebas memasuki wilayah Stonehenge dan boleh menyentuh batu-batu, kini tidak lagi. Lokasi Stonehenge telah dikelilingi tali pembatas sehingga pelancong hanya bisa melihat dari jarak satu setengah meter. Ini untuk mengindari stangan-tangan jahil yang bisa merusak Stonehenge. Meski demikian, keindahan dan misteri Stonehenge tetap membuat banyak orang penasaran untuk berkunjung ke sana.

sumber

No comments:

Post a Comment